Warek III UNM Sindir Aksi BEM Terobos PKKMB: Mencari Solusi atau Sensasi?

Respublica, Makassar — Wakil Rektor III Universitas Negeri Makassar (UNM), Arifin Manggau, angkat bicara terkait aksi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang menerobos kegiatan resmi Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) beberapa waktu lalu.

Arifin menegaskan, kampus merupakan ruang yang menjunjung tinggi demokrasi dan kebebasan berpendapat. Namun, ia mengingatkan bahwa penyampaian aspirasi harus dilakukan dengan cara yang beretika dan mengedepankan sikap intelektual  dalam koridor budaya.

“Kampus ini menjunjung tinggi demokrasi karena kebebasan berpendapat adalah hak konstitusional. Kampus seharusnya menjadi prototipe pelaksanaan demokrasi yang menjunjung tinggi intelektualitas dan etika,” ujar Arifin, Kamis (14/8/2025).

Ia menekankan, pihak universitas tidak pernah menutup ruang dialog bagi mahasiswa yang ingin menyampaikan kritik atau ketidaksetujuan terhadap kebijakan kampus.

Ia mengatakan pentingnya ruang dialog untuk mengukur secara rasional sebuah kebijakan, karena boleh jadi kami memang keliru atau mahasiswa yang kurang memahami.

“Jika ada yang dirasa keliru atau tidak sepakat dengan kebijakan universitas, silakan komunikasikan. Inikan dinamika intelektual. Bisa saja kami yang keliru, atau boleh jadi Anda yang keliru,” jelasnya.

Menurut Arifin, pihak panitia PKKMB bahkan telah menyiapkan sesi khusus bagi Lembaga Kemahasiswaan, termasuk BEM, untuk memperkenalkan diri kepada mahasiswa baru dan menyampaikan pendapat.

“Bahkan di rundown acara PKKMB ada sesi mereka berinteraksi dengan mahasiswa baru. Jadi jangan tiba-tiba menerobos saat rektor memberikan sambutan, apalagi ketika ada tamu,” tegasnya.

Arifin mengaku heran karena selama ini pengurus BEM kerap datang ke ruangannya untuk berdiskusi terkait berbagai persoalan. Namun, aksi kali ini dilakukan tanpa komunikasi terlebih dahulu.

“Para pengurus BEM sering berdiskusi dengan saya tentang apapun. Kenapa tiba-tiba ada protes seperti ini? Idealnya, kalau memang tujuannya mencari solusi, kita dialogkan dulu. Kalau sudah mentok, baru aksi. Jadi, apakah aksi ini untuk mencari solusi atau mencari sensasi?” pungkasnya.

Comment