Sinjai, Respublica — Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Republik Indonesia, Ni Luh Enik Ermawati, memberikan apresiasi tinggi terhadap program wisata edukasi “Kampus Kopi” yang diinisiasi oleh PPK Ormawa Himpunan Mahasiswa Administrasi Bisnis (HIMANIS) FIS-H Universitas Negeri Makassar (UNM).
Apresiasi tersebut disampaikan melalui video testimoni dalam kegiatan relaunching wisata edukasi Kampus Kopi di Kawasan Madaya, Desa Arabika, Kabupaten Sinjai, Rabu (18/9).

Dalam testimoninya, Ni Luh Enik menilai bahwa Kampus Kopi merupakan contoh nyata kolaborasi mahasiswa dan masyarakat dalam menggerakkan potensi desa melalui pendekatan kreatif dan berkelanjutan.
“Program Kampus Kopi menjadi bukti nyata kreativitas mahasiswa HIMANIS UNM dalam mendukung pemberdayaan ekonomi desa. Inisiatif ini mampu memperkuat komunitas, membuka peluang bagi UMKM lokal, serta sejalan dengan semangat Kemenparekraf dalam membangun pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya.
Ia juga mendorong masyarakat dan pemerintah daerah untuk terus mendukung dan mempromosikan Kampus Kopi sebagai destinasi wisata edukasi unggulan di Sinjai.
“Saya berharap Kampus Kopi dapat terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi daerah lain dalam mengintegrasikan potensi ekonomi kreatif dengan pemberdayaan masyarakat desa,” tambahnya.
Program Kampus Kopi sendiri merupakan bentuk wisata edukatif yang mengajak pengunjung mengenal proses kopi dari hulu hingga hilir mulai dari kunjungan ke kebun kopi, proses panen, pengolahan pascapanen, hingga pelatihan penyeduhan (brewing).
Ketua tim pelaksana PPK Ormawa HIMANIS FIS-H UNM, Arief Ramadhan, menyampaikan rasa bangga dan terima kasih atas apresiasi yang diberikan oleh Wamenparekraf.
“Kami tidak menyangka program yang kami rancang di tingkat desa mendapat perhatian langsung dari Ibu Wakil Menteri. Ini menjadi penyemangat bagi kami untuk terus memperkenalkan Kampus Kopi sebagai ruang belajar dan pemberdayaan masyarakat,” ujarnya.
Menurut Arief, Kampus Kopi tidak hanya berfungsi sebagai destinasi wisata, tetapi juga menjadi laboratorium pembelajaran berbasis potensi lokal (Best Practice Learning).
“Program ini terbuka bagi siapa saja masyarakat, pelajar, maupun mahasiswa yang ingin belajar sekaligus berwisata. Kami ingin menjadikan Desa Arabika bukan hanya tempat untuk dikunjungi, tetapi juga tempat untuk belajar dan berkolaborasi,” jelasnya.
Comment