Makassar, Respublica— Politeknik Pariwisata (Poltekpar), yang berada di bawah Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, sukses menyelenggarakan Kuliah Umum Semester Genap Tahun Akademik 2024/2025, diikuti oleh lebih dari 6.000 peserta.
Poltekpar yang berada di bawah naungan Kemenpar meliputi Poltekpar Medan, Poltekpar Palembang, Poltekpar NHI Bandung, Poltekpar Bali, Poltekpar Makassar, dan Poltekpar Lombok. Poltekpar Makassar berperan sebagai tuan rumah untuk kegiatan hybrid ini.
Kuliah umum tersebut menghadirkan berbagai tokoh penting, termasuk pejabat tinggi Kemenpar, direktur Poltekpar, akademisi, mahasiswa, dan praktisi pariwisata. Tema utama kuliah umum adalah pengembangan wisata bahari dan wellness tourism berkelanjutan.
Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana, hadir secara daring melalui Zoom untuk memberikan sambutan. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya implementasi pariwisata berkelanjutan sebagai strategi nasional.
Menurutnya, pariwisata berkelanjutan tidak hanya menguntungkan secara ekonomi tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan dan kesejahteraan sosial budaya.
“Wisata Bahari memanfaatkan kekayaan maritim Indonesia, menawarkan pengalaman eksklusif yang memperkenalkan keindahan laut sekaligus mendukung konservasi ekosistem,” ujarnya.
“Sementara wellness tourism, atau wisata kebugaran, berfokus pada kesejahteraan tubuh dan pikiran, sebuah tren yang semakin diminati wisatawan modern. Sinergi ketiga elemen ini akan menciptakan ekosistem pariwisata yang tangguh dan berdaya saing” tambah Menteri Widiyanti.
Kuliah umum ini juga membahas pendekatan Blue, Green, and Circular Economy (BGCE) sebagai strategi utama untuk meningkatkan daya saing pariwisata nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029.
Konsep ini mengintegrasikan pertumbuhan ekonomi dengan konservasi lingkungan laut (blue economy), pengelolaan sumber daya berkelanjutan (green economy), serta efisiensi penggunaan sumber daya melalui pengurangan limbah (circular economy).
Salah satu sesi menarik diisi oleh Dedy Irfan Bachri selaku General Manager Maros-Pangkep UNESCO Global Geopark, yang memaparkan potensi Geopark Maros Pangkep sebagai destinasi wisata geologi kelas dunia.
Ia menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat dalam mengelola geopark secara berkelanjutan.
“Geopark bukan hanya tentang konservasi alam, tetapi juga tentang pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal melalui pariwisata yang bertanggung jawab,” jelas Dedy.
Sementara itu, dr. Andi Adriana Rumpang, Puteri Indonesia Sulawesi Selatan 2025, mengupas tren wellness tourism yang semakin diminati wisatawan global.
Menurutnya, wisata kebugaran tidak hanya sebatas spa dan yoga, tetapi juga mencakup ekowisata kesehatan, mindful travel, hingga terapi tradisional berbasis kearifan lokal.
“Sulawesi Selatan memiliki potensi luar biasa sebagai destinasi wellness tourism, dengan kekayaan budaya dan alam yang mendukung,” ungkapnya.
Kegiatan diakhiri dengan sesi diskusi interaktif yang melibatkan para mahasiswa Poltekpar dari berbagai daerah. Diskusi ini menjadi ajang berbagi ide, pengalaman, dan strategi untuk menghadapi tantangan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Indonesia.
Dengan total 6.348 peserta, termasuk 4.203 peserta daring melalui YouTube, kuliah umum ini menjadi bukti komitmen Kementerian Pariwisata dalam menciptakan ekosistem pariwisata Indonesia yang lebih tangguh, inovatif, dan berdaya saing di kancah global.
Comment