Riset Bilang, Kaya atau Miskin Bisa Ketahuan dari Wajah

Ilustrasi: Generative AI

Makassar, Respublica— Kita sering diingatkan untuk tidak menilai seseorang dari tampakan luarnya. Tapi dalam hal status sosial, wajah sepertinya berbicara lebih jujur dari yang kita kira: hanya dengan mengamati wajah, kita bisa tahu orang tersebut miskin atau kaya.

Penelitian yang dilakukan R. Thora Bjornsdottir dan Nicholas O. Rule dari University of Toronto menunjukkan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk menebak apakah seseorang tergolong kaya atau miskin hanya dari wajahnya. Hal itu tetap bisa dilakukan bahkan saat wajah itu sedang netral dan  tanpa ekspresi apa pun.

ads

Rahasia di balik wajah

Dalam hasil riset tersebut, para partisipan mampu mengategorikan wajah orang kaya dan miskin dengan tingkat akurasi di atas 50 persen, jauh melampaui kebetulan. Ini berlaku baik pada foto yang diambil dari iklan kencan daring maupun foto laboratorium yang sangat terkontrol.

Menariknya, kemampuan ini tetap bertahan meski wajah ditampilkan terbalik atau sebagian fitur yang diperlihatkan. Artinya, sinyal kelas sosial bergantung pada kesan keseluruhan, bukan pada satu ciri wajah tertentu.

Lalu, bagaimana mungkin kekayaan atau kemiskinan bisa terpancar dari wajah? Para peneliti menyebutnya sebagai Efek Dorian Gray. Pengalaman hidup yang berlangsung lama—seperti kesejahteraan atau stres kronis—pelan demi pelan membentuk ekspresi wajah saat seseorang sedang tidak berekspresi apa pun.

Kekayaan sering berkaitan dengan kebahagiaan dan kepuasan hidup yang lebih tinggi. Sebaliknya, kemiskinan sering dibarengi dengan kecemasan dan tekanan yang berkepanjangan.

Emosi-emosi ini menyebabkan kontraksi otot wajah yang berulang, hingga akhirnya membentuk “wajah istirahat” seseorang. Inilah sebabnya wajah netral orang kaya cenderung memancarkan aura yang lebih positif dibanding mereka yang hidup dalam tekanan ekonomi.

Mulut lebih “bicara” daripada mata

Penelitian ini juga menemukan bahwa meski seluruh wajah memberi sinyal kelas sosial, bagian mulut ternyata menyimpan petunjuk yang paling kuat daripada mata. Namun ada satu trik sederhana yang bisa menyamarkannya: tersenyum.

Ketika seseorang secara aktif tersenyum, ekspresi yang disengaja itu menutupi jejak emosional halus yang terbentuk selama bertahun-tahun. Dalam eksperimen, saat semua subjek diminta tersenyum, para pengamat tidak lagi mampu membedakan mana orang kaya dan mana orang miskin dengan akurat.

Dampak nyata di dunia kerja

Temuan ini bukan sekadar menarik secara psikologis, tapi juga punya implikasi serius di dunia nyata terutama dalam soal pekerjaan. Dalam salah satu bagian studi, partisipan diminta menilai seberapa “layak kerja” seseorang hanya dari fotonya.

Hasilnya, individu yang wajahnya dipersepsikan berasal dari kelas sosial atas dinilai lebih layak untuk direkrut dibanding mereka yang kelihatan berasal dari kelas bawah.

Bias bawah sadar ini berpotensi menciptakan lingkaran setan: orang yang secara visual terbaca miskin bisa jadi lebih sulit mendapatkan peluang kerja, sehingga makin sulit pula memperbaiki kondisi ekonominya.

Singkatnya, wajah bukan sekadar cermin emosi, tapi juga arsip pengalaman hidup yang tanpa kita sadari, ikut memengaruhi cara dunia memperlakukan kita sejak pandangan pertama.

Comment