Makassar, Respublica— Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin meninjau Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) di Kelurahan Barrang Lompo, Kecamatan Kepulauan Sangkarrang, Jumat (19/9/2025).
Kunjungan itu menjadi langkah penting memperkuat sistem pengelolaan sampah terpadu di wilayah kepulauan yang memiliki tantangan tersendiri dalam transportasi dan pengolahan sampah.

Munafri memastikan Pemkot Makassar akan memberi dukungan penuh, mulai dari alokasi anggaran hingga penyediaan instrumen pendukung, agar pengelolaan lingkungan di Barrang Lompo berjalan efektif dan berkelanjutan.
Pada kesempatan tersebut, Munafri berdialog dengan pengelola TPS 3R dan masyarakat setempat mengenai strategi meningkatkan kualitas pengelolaan limbah.
“Perlu pembenahan dan pengelilaan yang baik. Pentingnya pemisahan sampah rumah tangga sejak dari sumber,” kata Munafri.
Menurutnya, kebiasaan memisahkan sampah organik dan anorganik akan mempermudah proses pengolahan, meningkatkan nilai ekonomis, sekaligus mengurangi potensi pencemaran.
“Sampah organik dan sampah non organik jangan tercampur. Pisahkan sejak di rumah. Dengan begitu, sampah yang dibawa ke TPS 3R bisa langsung diolah dan bernilai jual,” tegas Munafri di hadapan pengelola dan warga.
Dalam tinjauannya, Munafri meninjau mesin peleleh plastik (plastic melting) yang berfungsi mengolah plastik jenis HD dan sejenisnya menjadi balok atau cetakan siap jual. Mesin tersebut dianggap penting untuk mengurangi volume sampah plastik sekaligus menghasilkan produk daur ulang bernilai tambah.
“Mesin peleleh ini bisa memproses plastik menjadi balok. Hasilnya bisa dijual, asalkan bahan yang masuk sudah dipisahkan sesuai jenisnya,” ujarnya.
Namun, ia mengingatkan agar mesin selalu dijaga dalam kondisi optimal. “Mengingat mesin harus beroperasi stabil untuk menghasilkan produk berkualitas,” tambah politisi Golkar itu.
Selain itu, Munafri juga mengusulkan pembuatan biopori berukuran besar di titik strategis sebagai solusi pengolahan sampah organik, seperti sisa makanan dan daun kering.
“Buat dua atau tiga biopori besar di sini. Modalnya tidak banyak, cukup drum. Warga bisa buang sampah organik kapan saja, siang atau malam,” saran Appi.
“Ini akan mengurangi beban sampah dan mempermudah pengangkutan,” lanjutnya, sambil meminta dukungan anggaran dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Makassar.
Ia menegaskan bahwa seluruh pulau di Sangkarrang sebaiknya memiliki biopori besar agar sampah organik dapat diolah lebih dekat ke sumbernya. Langkah ini juga diharapkan mencegah kebiasaan membakar sampah yang masih dilakukan sebagian warga.
Dalam dialog tersebut, terungkap sudah ada tiga bank sampah aktif di Barrang Lompo. Munafri mengapresiasi upaya itu dan mendorong masyarakat lebih giat menyalurkan plastik serta sampah bernilai jual ke bank sampah.
“Kalau sampah sudah dipisahkan, masyarakat bisa menimbang dan menjualnya ke bank sampah. Nilainya ada. Tapi kalau bercampur, tidak bisa dijual,” ujarnya.
Ia berharap edukasi pemilahan sampah bisa dilakukan secara masif di tingkat rumah tangga, sehingga suatu saat nanti ada keluarga yang hampir tidak menghasilkan sampah residu.
Munafri menegaskan Pemkot Makassar akan terus memberi dukungan, baik melalui peralatan tambahan maupun penguatan anggaran, agar pengelolaan sampah di Barrang Lompo semakin mandiri.
“Pengelolaan sampah yang baik bukan hanya menjaga lingkungan, tetapi juga memberi nilai ekonomi bagi masyarakat di Pulau,” tutupnya.
Comment